Senin, 29 Desember 2014

TEORI POLITIK NICCOLO MACHIAVELLI (1467 – 1527)


Prinsip dasar pemikiran politik machiavelli adalah “menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (keagungan negara)” seperti penipuan, kebohongan, kekerasan bisa dibenarkan demi kemashuran negara.

Dalam hal kedudukan agama, agama diperlukan semata-mata sebagai alat kepatuhan, bukan karena nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama itu. Oleh sebab itu mempertahankan ritual ibadah bagi penguasa harus tetap dipertahankan, dengan cara itu republik akan terbebas dari kebokbrokan. Mengabaikan ritual keagamaan pertanda keruntuhan negara.

Menurut Machiavelli, janji itu dapat dijadikan alat bukan esensi atau sikap.”Perlihatkanlah bahwa engkau seakan-akan berpegang teguh pada janji, sungguhpun batinmu menolak”. Ini memberikan makna sikap kemunafikan atau hipocrit sesuatu yang absah dan dibenarkan. Seseorang harus dapat bersikap sebagai seorang singa pada suatu waktu, tetapi pada saat yang lain sebagai seekor kancil.

Sebuah kekuasaan atau negara harus memiliki tentara dan membangun angkatan perang yang tangguh dan loyal serta memiliki kemampuan berjuang mati-matian demi negara. Hanya dengan cara ini negara akan disegani oleh negara lawannya. Keberhasilan penguasa, sebagaimana Nabi, dalam sejarah menurut Machiavelli, hanya Nabi-Nabi bersenjata (the armed propheth) dan memiliki kekuatan militer yang berhasil memperjuangkan misi kenabiannya. Sebaliknya Nabi yang tidak bersenjata akan gagal betapa pun baik dan sakralnya misi yang dibawa. Oleh karena itu, angkatan perang merupakan bagian terpenting dari seorang penguasa negara.

Penguasa, harus membentuk keahlian militer bagian dari miliknya yang berharga. Memiliki kemampuan ilmu perang atau strategi militer maupun pertempuran adalah penting bagi seorang penguasa demi kemampuan negara dan kekuasaannya. Kewaspadaan dalam latihan perang dan militer harus terus dipikirkan tidak hanya dalam keadaan perang melainkan juga di masa damai. Pada saat damai harus dijadikan masa untuk melakukan persiapan dalam menghadapi peperangan. Tidak ada perdamaian tanpa persiapan untuk berperang.

"KALAU INGIN DAMAI BERSIAPLAH UNTUK BERPERANG"


Mengenai agama, Machiavelli betapapun pandangannya terlalu realisme dalam politik, dalam konteks agama dengan penguasa, baginya tetap tidak harus dipisahkan. Wibawa penguasa negara tanpa agama tidak cukup menjamin lestarinya persatuan dan kekuasaan. Itu berarti agama tidak dapat dilepaskan dalam proses politik. Akan tetapi, ia memiliki rasa simpatik terhadap agama Romawi kuno, dan sebaliknya sinis dan antipati terhadap agama Kristen. Ia melihat sebab banyak penguasa gereja menyalahgunakan kekuasaannya, bertindak despotik dan tidak bermoral. Tindakan tidak bermoral mereka itulah, menurut Machiavelli yang menyebabkan disintegrasi moral publik, menimbulkan kekacauan sosial dan keagamaan. Sikap acuh tidak acuh Machiavelli terhadap kebenaran agama, akhirnya menjadi sifat umum dari masyarakat Eropa dua abad sesudah ia menulis.

1 komentar:

  1. What is a casino site? | Choices Casino
    When we look at the casinos that accept players from the United States, 아인 카지노 it's not just a matter of whether you like slots, video poker, and baccarat

    BalasHapus