Prinsip dasar pemikiran politik machiavelli adalah “menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (keagungan negara)” seperti penipuan, kebohongan, kekerasan bisa dibenarkan demi kemashuran negara.
Dalam hal kedudukan
agama, agama diperlukan semata-mata sebagai alat kepatuhan, bukan karena
nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama itu. Oleh sebab itu
mempertahankan ritual ibadah bagi penguasa harus tetap dipertahankan, dengan
cara itu republik akan terbebas dari kebokbrokan. Mengabaikan ritual keagamaan
pertanda keruntuhan negara.
Menurut Machiavelli,
janji itu dapat dijadikan alat bukan esensi atau sikap.”Perlihatkanlah bahwa
engkau seakan-akan berpegang teguh pada janji, sungguhpun batinmu menolak”. Ini
memberikan makna sikap kemunafikan atau hipocrit sesuatu yang absah dan
dibenarkan. Seseorang harus dapat bersikap sebagai seorang singa pada suatu
waktu, tetapi pada saat yang lain sebagai seekor kancil.
Sebuah kekuasaan atau
negara harus memiliki tentara dan membangun angkatan perang yang tangguh dan
loyal serta memiliki kemampuan berjuang mati-matian demi negara. Hanya dengan
cara ini negara akan disegani oleh negara lawannya. Keberhasilan penguasa,
sebagaimana Nabi, dalam sejarah menurut Machiavelli, hanya Nabi-Nabi bersenjata
(the armed propheth) dan memiliki kekuatan militer yang berhasil memperjuangkan
misi kenabiannya. Sebaliknya Nabi yang tidak bersenjata akan gagal betapa pun
baik dan sakralnya misi yang dibawa. Oleh karena itu, angkatan perang
merupakan bagian terpenting dari seorang penguasa negara.
Penguasa, harus
membentuk keahlian militer bagian dari miliknya yang berharga. Memiliki
kemampuan ilmu perang atau strategi militer maupun pertempuran adalah penting
bagi seorang penguasa demi kemampuan negara dan kekuasaannya. Kewaspadaan dalam
latihan perang dan militer harus terus dipikirkan tidak hanya dalam keadaan
perang melainkan juga di masa damai. Pada saat damai harus dijadikan masa untuk
melakukan persiapan dalam menghadapi peperangan. Tidak ada perdamaian tanpa
persiapan untuk berperang.
"KALAU INGIN
DAMAI BERSIAPLAH UNTUK BERPERANG"
Mengenai agama,
Machiavelli betapapun pandangannya terlalu realisme dalam politik, dalam
konteks agama dengan penguasa, baginya tetap tidak harus dipisahkan. Wibawa
penguasa negara tanpa agama tidak cukup menjamin lestarinya persatuan dan
kekuasaan. Itu berarti agama tidak dapat dilepaskan dalam proses politik. Akan
tetapi, ia memiliki rasa simpatik terhadap agama Romawi kuno, dan sebaliknya
sinis dan antipati terhadap agama Kristen. Ia melihat sebab banyak penguasa
gereja menyalahgunakan kekuasaannya, bertindak despotik dan tidak bermoral.
Tindakan tidak bermoral mereka itulah, menurut Machiavelli yang menyebabkan
disintegrasi moral publik, menimbulkan kekacauan sosial dan keagamaan. Sikap
acuh tidak acuh Machiavelli terhadap kebenaran agama, akhirnya menjadi sifat
umum dari masyarakat Eropa dua abad sesudah ia menulis.
What is a casino site? | Choices Casino
BalasHapusWhen we look at the casinos that accept players from the United States, 아인 카지노 it's not just a matter of whether you like slots, video poker, and baccarat